Bulan
April identik dengan peringatan bagi seorang tokoh pahlawan bangsa, pahlawan
bagi para kaumnya dan bagai melati di negerinya. Perjuangan dan pemikirannya
akan terus diingat karena berkat dialah perubahan itu ada. Dia tidak hanya
dikenal di negerinya saja tetapi di negeri kincir angin sana dirinya juga dikagumi.
Semua itu berawal dari surat-surat yang dia kirimkan untuk sahabatnya yang
berkebangsaan Belanda. Hidupnya sebagai anak seorang Bupati yang pada waktu itu
bisa merasakan bangku pendidikan sedangkan perempuan lain selain dirinya banyak
yang hanya menerima keadaaan yang menempatkannya sebagai pelengkap atau istilah
lain kanca wingking.
Seiring
perjalanan waktu akhirnya perjuangannya tak sia-sia karena di masa sekarang
perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Bahkan tak jarang seorang
perempuan bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dari seorang laki-laki.
Semua itu bukan berarti perempuan ingin selalu mengungguli laki-laki tetapi
seorang perempuan memiliki hak untuk menjalankan peransosial yang dengan
laki-laki selama perempuan tersebut tidak keluar dari kodratnya sebagai
perempuan, sebagai seorang ibu, atau sebagai seorang istri. Perjuangan kartini
untuk menjadikan para perempuan bisa merasakan indahnya bangku pendidikan juga
tidak menginginkan tugas wajib perempuan seperti yang tersebut di atas
terabaikan. Justru Kartini menginginkan para perempuan berpendidikan agar ia
bisa mendidik anak-anaknya dengan baik, bukan untuk menuntut kedudukan yang
lebih seperti yang mulai terjadi di masa sekarang.
Banyak
perempuan masa kini menggunakan dalih emansipasi ataupun persamaan hak mereka
melupakan tugas pokoknya. Ada seorang perempuan yang karena kesibukannya di
kantor sehingga ia tak memiliki waktu untuk anak-anaknya sehingga anak-anaknya
menjadi generasi yang kurang kasih sayang dan tak jarang mereka terjerumus
kepada hal-hal yang terlarang. Penulis tidak bermaksud untuk mengatakan
perempuan yang memiliki banyak kesibukan tidak bisa menjaga tugasnya tetapi
karena beberapa kasus memang sudah terjadi. Jadi disini penulis hanya ingin
mengingatkan bahwa menjadi apapun seorang wanita itu harus tetap ingat bahwa
anak-anaknya menginginkan perhatian dan kasih sayangnya. Seorang perempuan
harus bisa membagi waktunya baik untuk kesibukannya maupun untuk keluarganya,
itulah perempuan yang dicita-citakan Kartini.Lalu, bagaimana pesantren
berbicara soal kartini ? Guru spiritual Kartini merupakan salah satu ulama yang
terkenal di negeri ini. Dikenal dengan nama Kyai Sholeh Darat, dari beliau lah
Kartini mendapatkan nilai-nilai Islam dan Kartini juga menginspirasi ketika
AlQuran hendak diterjemahkan, ia mengusulkan Alquran bisa diterjemahkan dalam
bahasa jawa sesuai dengan tempat tinggalnya yang bahsa sehari-harinya merupkan
bahasa Jawa. Dari situ sudah terlihat bahwa seorang Kartini selalu menginginkan
agar nilai-nilai Islam bisa dipahami oleh masyarakat sekitar. Hingga akhirnya
sukseslah terjemahan Al Fatikhah dengan tulisan pegon yang dihadiahkan oleh
gurunya ketika Kartini menikah.
Dari
kisah di atas terlihat bahwa Kartini selain sebagai seorang Raden Ajeng, ia juga
sebagai seorang muslimah yang menginginkan niali-nilai Islam bisa dipahami. Itu
juga menjadi inspirasi bagi pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan
asli Indonesia agar bisa menjadi lembaga yang mengantarkan para santri menjadi
seorang yang memiliki pemahaman agama yang baik. Di sebuah pesantren bukan
hanya kaum laki-laki saja yang bisa mempelajari ilmu agama tetapi kaum
perempuan juga tak dibedakan, mereka bisa mempelajari ilmu yang dipelajari juga
oleh kaum laki-laki.
Oleh
: Siti Aniroh